Pasar Desa
Kedungbanteng menjadi salah satu sektor Pendapatan Asli Desa (PADes) yang
terbesar di wilayah Desa Kedungbanteng Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.
Pasar yang berlokasi di Dukuh Tambang Desa Kedungbanteng ini, memiliki sejarah
yang panjang dan banyak tantangannya. Sebelum ada Pasar Desa Kedungbanteng, lokasi
terdahulu yang menjadi pusat perekonomian warga sekitar adalah Pasar Desa
Sukosari (Pasar Danyang) Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Pasar tersebut
sudah ada sejak zaman kependudukan kolonial Belanda (Indonesia masih
menggunakan nama Hindia Belanda). Lebih lanjut, lokasi Pasar
Danyang ini berada di Timur Jembatan Danyang. Sedangkan embrio dari Pasar Desa
Kedungbanteng adalah kios-kios yang berada disebelah barat Jembatan Danyang.
Dari letak posisi inilah, Pasar Desa Kedungbanteng seolah melakukan rivalitiy market dengan cara menumpang
keramaian Pasar Danyang yang berada di timur Jembatan Danyang.
Pada tahun 2000 awal, penduduk mulai membangun kios-kios pribadi di atas tanah Kas Desa Kedungbanteng. Situasi tersebut membuat Pemerintah Desa Kedungbanteng berpikir untuk menjadikan lokasi tersebut sebagai pasar desa. Awalnya para petugas pasar tersebut hanya 3 orang yang dipilih oleh Kepala Desa Kedungbanteng pada waktu itu. Sistem setoran ke desa pun hanya sebatas setor berapapun hasilnya dalam satu bulan. Sehingga belum ada pembukuan administrasi yang baik untuk melaksanakan kegiatan administratif sebuah lembaga berwujud Pasar.
Lebih lanjut, kegiatan seperti itulah yang tetap dilakukan bertahun-tahun sampai pada puncaknya terjadi bencana alam banjir bandang yang menenggelamkan Kabupaten Ponorogo pada umumnya, serta pada khususnya wilayah Desa Kedungbanteng (Barat Jembatan) dan Desa Sukosari (Timur Jembatan). Bencana tersebut juga menenggelamkan jembatan lama yang dulunya merupakan jembatan besar penghubung jalur kedua desa tersebut. Sehingga dengan adanya peristiwa tersebut, Pemerintah Desa Kedungbanteng bersama dengan Tokoh Masyarakat melaksanakan pertemuan rembug untuk membahas tentang kelanjutan kegiatan pasar yang telah rusak oleh banjir bandang. Dari hasil rembug tersebut, disepakatinya pembangunan kembali pasar yang telah rusak tersebut dengan meletakkannya pada lokasi sebelah barat lokasi pasar Desa Kedungbanteng yang lama. Secara kebetulan, jalur lama yang menghubungkan kedua desa tersebut putus akibat jembatan yang roboh. Dengan sisa jalur yang ada, pemerintah daerah membuat terobosan untuk membangun jalan baru yang menghubungkan Desa Kedungbanteng dengan Kecamatan Sukorejo. Kemudian jembatan lama yang telah putus tersebut di bangun kembali dengan meletakkannya pada sebelah utara jembatan lama.
Seiring dengan berkembangnya waktu, Pasar Desa Kedungbanteng mulai dibangun secara besar-besaran. Dengan berbekal dana kucuran dari PNPM Tahun 2007 dan 2009, menjadikan bangunan infrastuktur Pasar semakin besar dan layak untuk dijadikan tempat bertransaksi jual beli. Dengan perkembangan tersebut juga diiringi kemunduran minat pembeli yang dulunya banyak berada di Pasar Danyang (Timur Jembatan), beralih ke Pasar Desa Kedungbanteng. Sepinya pembeli ini diakibatkan secara tidak langsung lokasi jembatan yang dulunya melewati poros jalan Pasar Danyang, sekarang tidak lagi melewati pasar tersebut. Sehingga hal ini mempengaruhi pendapatan para penjual yang berada di Pasar Danyang dan pada akhirnya para penjual tersebut banyak yang beralih ke Pasar Desa Kedungbanteng.
Dari pembangunan Pasar Desa Kedungbanteng ini, terkadang masih banyak sebagian besar masyarakat yang menjuluki pasar tersebut sebagai pasar Danyang. Padalah Pasar Danyang adalah Pasar Desa disebelah Pasar Desa kedungbanteng atau lebih tepatnya pasar yang berada di timur Jembatan Danyang. Sehingga Pemerintah Desa Kedungbanteng berinisiatif untuk menamai pasar desanya dengan sebutan PASAR BARU DESA KEDUNGBANTENG.
Pada tahun 2000 awal, penduduk mulai membangun kios-kios pribadi di atas tanah Kas Desa Kedungbanteng. Situasi tersebut membuat Pemerintah Desa Kedungbanteng berpikir untuk menjadikan lokasi tersebut sebagai pasar desa. Awalnya para petugas pasar tersebut hanya 3 orang yang dipilih oleh Kepala Desa Kedungbanteng pada waktu itu. Sistem setoran ke desa pun hanya sebatas setor berapapun hasilnya dalam satu bulan. Sehingga belum ada pembukuan administrasi yang baik untuk melaksanakan kegiatan administratif sebuah lembaga berwujud Pasar.
Lebih lanjut, kegiatan seperti itulah yang tetap dilakukan bertahun-tahun sampai pada puncaknya terjadi bencana alam banjir bandang yang menenggelamkan Kabupaten Ponorogo pada umumnya, serta pada khususnya wilayah Desa Kedungbanteng (Barat Jembatan) dan Desa Sukosari (Timur Jembatan). Bencana tersebut juga menenggelamkan jembatan lama yang dulunya merupakan jembatan besar penghubung jalur kedua desa tersebut. Sehingga dengan adanya peristiwa tersebut, Pemerintah Desa Kedungbanteng bersama dengan Tokoh Masyarakat melaksanakan pertemuan rembug untuk membahas tentang kelanjutan kegiatan pasar yang telah rusak oleh banjir bandang. Dari hasil rembug tersebut, disepakatinya pembangunan kembali pasar yang telah rusak tersebut dengan meletakkannya pada lokasi sebelah barat lokasi pasar Desa Kedungbanteng yang lama. Secara kebetulan, jalur lama yang menghubungkan kedua desa tersebut putus akibat jembatan yang roboh. Dengan sisa jalur yang ada, pemerintah daerah membuat terobosan untuk membangun jalan baru yang menghubungkan Desa Kedungbanteng dengan Kecamatan Sukorejo. Kemudian jembatan lama yang telah putus tersebut di bangun kembali dengan meletakkannya pada sebelah utara jembatan lama.
Seiring dengan berkembangnya waktu, Pasar Desa Kedungbanteng mulai dibangun secara besar-besaran. Dengan berbekal dana kucuran dari PNPM Tahun 2007 dan 2009, menjadikan bangunan infrastuktur Pasar semakin besar dan layak untuk dijadikan tempat bertransaksi jual beli. Dengan perkembangan tersebut juga diiringi kemunduran minat pembeli yang dulunya banyak berada di Pasar Danyang (Timur Jembatan), beralih ke Pasar Desa Kedungbanteng. Sepinya pembeli ini diakibatkan secara tidak langsung lokasi jembatan yang dulunya melewati poros jalan Pasar Danyang, sekarang tidak lagi melewati pasar tersebut. Sehingga hal ini mempengaruhi pendapatan para penjual yang berada di Pasar Danyang dan pada akhirnya para penjual tersebut banyak yang beralih ke Pasar Desa Kedungbanteng.
Dari pembangunan Pasar Desa Kedungbanteng ini, terkadang masih banyak sebagian besar masyarakat yang menjuluki pasar tersebut sebagai pasar Danyang. Padalah Pasar Danyang adalah Pasar Desa disebelah Pasar Desa kedungbanteng atau lebih tepatnya pasar yang berada di timur Jembatan Danyang. Sehingga Pemerintah Desa Kedungbanteng berinisiatif untuk menamai pasar desanya dengan sebutan PASAR BARU DESA KEDUNGBANTENG.